Rabu, 10 November 2010

SEPINTAS SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA

Sepintas Sejarah Pendidikan Indonesia

 Panji Pendidikan Indonesia : 
Tut Wuri Handayani
Sekolah pendidikan dasar telah diperkenalkan oleh Belanda di Indonesia. Sekolah yang tadinya hanya untuk kalangan keturunan belanda, dengan etische politiek (kepotangan budi) di negara jajahan belanda (1870) mulai membuka sekolahan bagi kaum bumi putera (SR). Hal tersebut nampaknya juga akibat pengaruh faham humanisme dan kelahiran baru yang melanda negeri Belanda.
Program utamannya saat itu mungkin hanya untuk kepentingan Belanda juga (untuk meningkatkan produktivitas ditanah jajahannya). Untuk Perguruan tinggi dimulai dengan berdirinya sekolah-sekolah kejuruan. Misal STOVIA(1902) yang kemudia berubah jadi NIAS(1913) dan GHS adalah cikal bakal dari fakultas kedokterannya UI. Lalu juga Rechts School (1922) dan Rechthoogen School (1924) kemudian melebur jadi fakultas hukumnya UI. Juga disusul beberapa fakultas lainya.
Di Bandung dimana bung Karno sekolah juga berasal dari sekolah teknik THS (1920) dan di Bogor dibuat juga sekolah perkebunan (1941) adalah cikal bakal IPB sekarang. Bila kemudian didirikan UI (1950) atau UGM (1945) adalah leburan dari yang sudah ada dan kemudian ditambahkan fakultas lainnya. Perlu dicatat pula universitas tua lainnya seperti ITB (1959), IPB (1963), Unair (1963), dan universitas swasta tertua kita adalah UII (1948). Barangkali bisa dimaklumi bahwa pendidikan di Indonesia masih sangat muda dibanding pendidikannya Plato. Walaupun sebenarnya sejak jamannya pangeran Aji Saka (abad 3) telah diperkenalkan huruf jawa dengan mencontoh huruf di India selatan, jadi pemerintahan Jawa Dwipa sudah mengenal pendidikan.
Demikian pula abad 5 pendeta Budha memperkenalkan ajarannya (tentunya mengandung unsur pendidikan. Berdirinya Borobudur boleh di anggap sebagai parameter tingginya ilmu arsitektur (diabad 8) oleh Raja Sailendra Samaratungga. Dicatat pula Candi Prambanan (Hindu) yang elok itu dibangun di abad 9 jamannya raja Sanjaya. Raja agung Airlangga (1019) boleh dianggap raja paling toleran dan melindungi umat berbeda agama (hal ini tentunya tidak terjadi sebelumnya). Tidak kurang di Indonesia juga ada ahli filosuf atau mungkin sebagai nabinya wong jowo yaitu Raja Joyoboyo (1157), siapa yang tak kenal dengan primbonnya Joyo boyo.
Namun sayang selama perjalanan sejarah bangsa Indonesia selalu disertai dengan perang saudara (jauh sebelum Belanda datang, sudah cakar-cakaran, jangan hanya Belanda yang disalahkan sebagai provokator dengan politik adu kambinya, ternyata bakat ini belum hilang sampai sekarang). Bahkan Patih Gadjah Mada yang dianggap pemersatupun (dengan sumpahnya yang sakti) adalah hanya untuk penguasaan dan menunjukkan kehebatan Majapahit. Tentu ini juga berpengaruh pada pendidikan secara umum, dan sebaliknya bisa jadi pendidikan ikut mempengaruhinya. Menengok perjalanan sejarah bangsa Indonesia perlu dibahas tersendiri.
Gambaran sejarah pendidikan di Indonesia saat ini bisa dialami bersama. Dari gambaran diatas ternyata masalah pendidikan bukan sekedar tergantung pada teory dan ilmu pendidikan itu saja, tapi juga iklim social budaya dan politik ikut berperan. Namun bukan alasan untuk tidak memperbaharui kehidupan melalui pembaharuan konsep pendidikan itu sendiri. Jadi reformasi pendidikan adalah mutlak perlu dilakukan terus menerus sesuai perubahan pemahaman umat akan kehidupan itu sendiri.
Dimana Peter Drucker melihat pergeseran kebutuhan manusia, dari ekonomi yang berbasiskan benda tak bergerak dan jasa menuju ekonomi berbasiskan ilmu pengetahuan, perlu di renungkan. Lebih jauh Drucker mengemukakan bahwa tahapan agraris, industri dan kini informasi adalah tidak lama lagi tergeser pada era inovasi. Apa itu inovasi dan persyaratannya adalah bahan pekerjaan rumah bersama. Bila generasi kita saat ini setress gara-gara tidak tahu bahasa jawanya anak kerbau, atau hafalan lainya. Jangan disalahkan bila kemudian hari negara Indonesia menjadi negara terbelakang yang menunggu petunjuk, menunggu pemerintahannya waras, menunggu dan menunggu. Namun untung ada film anak-anak pokemon, digimon, tweenies, bob builder dan sejenisnya yang barangkali jadi hiburan anak sekaligus menjadi sarana berfantasi sambil berinovasi, dari pada ngerjakan PR paket pendidikan yang sarat dengan indokrinasi hukum-hukum matematika dan hukum lainnya yang harus dipatuhi tanpa syarat.

Sumber : http://infocondet.com/

Pengembangan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini Melalui Metode Glenn Doman

Pengembangan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini Melalui Metode Glenn Doman


Pendahuluan
Persoalan membaca, menulis, dan berhitung atau calistung memang merupakan fenomena tersendiri. Kini menjadi semakin hangat dibicarakan para orang tua yang memiliki anak usia taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar karena mereka khawatir anak-anaknya tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolahnya nanti jika sedari awal belum dibekali keterampilan calistung.
Kekhawatiran orang tua pun makin mencuat ketika anak-anaknya belum bisa membaca menjelang masuk sekolah dasar. Hal itu membuat para orang tua akhirnya sedikit memaksa anaknya untuk belajar calistung, khususnya membaca. Terlebih lagi, istilah-istilah “tidak lulus”, “tidak naik kelas”, kini semakin menakutkan karena akan berpengaruh pada biaya sekolah yang bertambah kalau akhirnya harus mengulang kelas.
Selama ini taman kanak-kanak didefinisikan sebagai tempat untuk mempersiapkan anak-anak memasuki masa sekolah yang dimulai di jenjang sekolah dasar. Kegiatan yang dilakukan di taman kanak-kanak pun hanyalah bermain dengan mempergunakan alat-alat bermainedukatif. Pelajaran membaca, menulis, dan berhitung tidak diperkenankan di tingkat taman kanak-kanak, kecuali hanya pengenalan huruf-huruf dan angka-angka, itu pun dilakukan setelah anak-anak memasuki TK B.
Akan tetapi, pada perkembangan terakhir hal itu menimbulkan sedikit masalah, karena ternyata pelajaran di kelas satu sekolah dasar sulit diikuti jika asumsinya anak-anak lulusan TK belum mendapat pelajaran calistung.
Karena tuntutan itulah, akhirnya banyak TK yang secara mandiri mengupayakan pelajaran membaca bagi murid-muridnya. Berbagai metode mengajar dipraktikkan, dengan harapan bisa membantu anak-anak untuk menguasai keterampilan membaca dan menulis sebelum masuk sekolah dasar. Beberapa anak mungkin berhasil menguasai keterampilan tersebut, namun banyak pula di antaranya yang masih mengalami kesulitan.

Membimbing Keterampilan Membaca Anak

 
Sebelum memutuskan mengajar membaca, kita harus mempertimbangkan tiga pertanyaan
1) Mengapa perlu mengajarkan membaca?
2) Mengapa bahasa atau tulisan harus diajarkan pada anak kita?
3) Berapa banyak waktu yang akan digunakan untuk mengajar membaca?
Keterampilan membaca dan menulis dapat memberikan makna penting untuk komunikasi anak-anak dengan hambatan konsentrasi dan atensi, atau masalah bahasa lainnya. Kita ingin anak-anak belajar sebanyak mungkin keterampilan yang mereka perlukan untuk hidup dalam kehidupan yang wajar. Untuk itu, orang tua harus mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan setiap anak sebelum memutuskan apakah mengajar membaca atau tidak.
Dalam beberapa kasus membaca mungkin lebih penting bagi seorang anak untuk mempelajari bahasa kedua. Namun, apabila anak-anak kita mengalami hambatan bicara, konsentrasi, dan atensi, sebaiknya yang pertama diajarkan hanya satu bahasa, apakah bahasa nasional ataukah bahasa asing. Bahasa asing dan bahasa nasional sangat membingungkan jika diajarkan pada seorang anak secara bersamaan. Untuk membaca lebih dari satu tulisan alfabet (A sampai Z) dalam dua bahasa pada waktu hampir bersamaan membuat anak bingung. Membaca dua bahasa ini akan lebih membingungkan lagi apabila dua kata ditulis dalam perintah berlawanan. Mengingat membaca juga melibatkan suatu kerja memori anak tingkat tinggi, seorang anak dapat lebih mudah belajar membaca suatu bahasa jika dia dapat bicara bahasa itu dengan mudah.
Beberapa keterampilan diperlukan jika seorang anak belajar membaca, tidak sekadar membaca nama dia dan bilangan yang mewakili angka-angka. Anak ini memerlukan banyak keterampilan yang dapat diajarkan dengan berbagai cara. Keterampilan tersebut meliputi:
1) Pengenalan, menjodohkan, dan menyalin bentuk serta membedahkan detail dalam gambar.
2) Koordinasi mata dan tangan, seperti ketepatan kontrol dan gerakan tangan.
3) Kemampuan melengkapi suatu gambar atau bentuk yang belum selesai, mengikuti pola, mengingat dan menyusun urutan gambar seri atau bentuk yang diberikan.
4) Membedakan bunyi, mengingat urutan bunyi, kata-kata atau perintah, menirukan suatu suara yang telah didengar. 5) Mengingat benda-benda yang dilihat dan didengar.
Keterampilan (1) sampai (4) merupakan keterampilan persepsi yang terdiri dari keterampilan (1) sampai (3) sebagai persepsi visual dan keterampilan (4) yaitu persepsi pendengaran. Seorang anak yang memiliki masalah persepsi visual mempunyai penglihatan normal, tetapi pada fungsi luhurnya di otak tidak mampu menganalisis apa yang dilihatnya sehingga anak tidak mampu menginterpretasikan dan memaknai apa yang dilihatnya. Pada anak yang mengalami masalah pada persepsi suara/bunyi, anak sering salah memaknai apa yang didengar (meskipun dia tidak tuli).Beberapa anak mempunyai masalah dengan satu atau lebih keterampilan persepsi, tetapi kemampuan lainnya baik. Dengan demikian, perkembangan cepat bisa dicapai anak apabila orang tua/guru mengenali dengan benar masalah anak dan membimbing anak mengatasi problem membacanya.
Bermain dengan puzzle dan melihat gambar di buku-buku, menggambar, bermain dengan melukis dan plastisin, dapat membantu anak menyadari bentuk. Menjodohkan gambar dapat dilakukan oleh anak dengan memasangkan kartu-kartu atau bentuk-bentuk, atau gambar-gambar untuk dapat dijodohkan. Seorang anak dengan kemampuan bahasa yang terbatas akan mampu membaca atau menulis beberapa kata.
Agar anak dapat belajar membaca dengan mudah harus dikembangkan melalui beberapa hal.
1) Dia harus senang mendengarkan cerita dan mampu menceriterakan kembali, mengurutkan kejadian dengan benar.
2) Dia mampu menyebutkan beberapa gambar yang telah dikenalkan, dan menceritakan apa yang telah terjadi pada situasi yang ada dalam gambar.
3) Dia harus bicara dengan mudah tentang apa yang dia sendiri telah lihat, kerjakan, atau dengar.
4) Dia harus mulai menggunakan kalimat pendek, sederhana, dan lengkap dalam pembicaraan normal.
5) Dia harus menyadari perbedaan bunyi-bunyi, menangkap, dan memainkan irama bunyi bahasa.
6) Dia harus memahami dan melaksanakan perintah yang didengar.
Apabila anak telah menguasai beberapa keterampilan tersebut, anak dapat mulai belajar membaca. Pertama anak belajar membaca dan menulis namanya sendir. Selanjutnya dia harus belajar mengenal, menelusuri, menyalin bentuk-bentuk angka 1 sampai 10. Pada tahap ini, anak tidak harus mampu menghitung, tetapi membaca angka-angka yang akan memungkinkan dia menggunakan uang, membaca nomor rumah, nomor telefon, nomor kendaraan bermotor. Ketika dia dapat mengenali dan menulis angka-angka dan namanya, dia dapat mulai menelusuri dan menyalin alfabet. Selain itu, kartu-kartu dengan nama-nama benda dapat diletakkan di sekitar ruangan di rumah/kelas, dan anak diminta menjodohkan kartu dan menyebutkan/menceritakan nama kartu yang sama yang telah ditemukan, misalnya: ditempelkan pada jendela, pintu, meja, dsb. Anak tidak akan mulai benar-benar membaca kata, tetapi dia akan mengenali bentuk, mulai melihat tulisan yang melambangkan kata-kata, dan kata-kata yang melambangkan nama-nama benda.
Sumber : berbagai sumber

APA ITU STATISTIK.....?

Statistik
statistik itu artinya adalah data yang berupa angka-angka yang dikumpulkan, ditabulasi, digolong-golongkan sehingga dapat memberikan informasi yang berarti mengenai suatu masalah atau gejala. Atau metode ilmiah untuk menyusun, meringkas, menyajikan dan menganalisa data, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang benar dan dapat dibuat keputusan yang masuk akal berdasarkan data tersebut.
Definisi Statistika
Statistika Furqon, Ph.D.(1999) adalah bagian dari matematika yang secara khusus membicarakan cara-cara pengumpulan, analisis dan penafsiran data. Namun ada pendapat lainya Statistika adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang bagaimana mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data. Atau dengan kata lain, statistika menjadi semacam alat dalam melakukan suatu riset empiris.
Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif adalah teknik yang digunakan untuk mengintisarikan data dan menampilkannya dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh setiap orang. Atau juga mengandung metoda dan prosedur yang digunakan untuk pengumpulan, pengorganisasian, presentasi dan memberikan karakteristik terhadap himpunan data. Adapun menurut Furqon, Ph.D.(1999) statistika deskriptif bertugas hanya untuk memperoleh gambaran atau ukuran tentang data yang ada di tangan jika data yang dianalisis merupakan sampel dari suatu populasi maka statistika deskriptif akan menghasilkan ukuran-ukuran sample (statistik). Sedangkan jika data yang dianalisis merupakan keseluruhan populasi maka statistika deskriftif akan menghasilkan ukuran-ukuran populasi (parameter).
Statistika Inferensial
Statistika Inferensial mengandung prosedur yang digunakan untuk mengambil suatu inferensi (kesimpulan) tentang karakteristik populasi atas dasar informasi yang dikandung dalam sebuah sampel. Seperti telah disebutkan diatas, kita seringkali hanya mengumpulkan dan memperoleh data dari sejumlah sampel. Dengan menganalisis sampel itu kita akan memperoleh sejumlah statistik yang kemudian dpat digunakan untuk menaksir ukuran populasi atau menguji hipotesis yang berlaku untuk populasi. Dengan kata lain, kita dapat menggunakan data dan ukuran-ukuran sampel untuk melakukan inferensi tentang populasi.

Rekomendasi bacaan
Judul : Statistika Terapan untuk Penelitian
Penulis : Furqon, Ph.D.(1999)
Penerbit : Alfabeta

LANDASAN PENGENGEMBANGAN KURIKULUM

Landasan Pengembangan Kurikulum
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi sebelum uraian tentang landasan pengembangan kurikulum dari Nana Syaodih Sukmadinata kita lihat faktor-faktor pengembangan kurikulum .
FILOSOFI merupakan konseptual dan ideal :
 Sasaran pendidikan (tujuannya?)
Proses pendidikan (bagaimana caranya?)
Pendidik-siswa (siapa peserta didik, siapa pendidik?)
PSIKOLOGIS rencana belajar untuk pengalaman
Perkembangan siswa
Karakteristik siswa
Metode belajar-mengajar
SOSIAL BUDAYA dalam hal ini masyarakat (siswa, keluarga, masyarakat umum) merupakan sesuatu yang nyata
Perubahan tata nilai
Perubahan tuntutan kehidupan
Perubahan tuntutan kerja
ILMU DAN TEKNOLOGI arahnya bahwa pendidikan tidak hanya untuk sekarang tetapi untuk masa depan
Teori baru
Teknologi baru
Menurut Hansiswany Kamarga dalam Landasan Dan Prinsip Pengembangan Kurikulum


Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum berlandaskan pada aliran-aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Hubungan Antara Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan
• Donald Butler (1957), filsafat memberikan arah & metodologi terhadap praktek pendidikan; praktek pendidikan memberikan bahan bagi pertimbangan filsafat
• Brubacher (1950), mengemukakan 4 pandangan tentang hubungan ini :
• Filsafat merupakan dasar utama dalam filsafat pendidikan
• Filsafat merupakan bunga, bukan akar pendidikan
• Filsafat pendidikan berdiri sendiri sebagai disiplin yang mungkin memberi keuntungan dari kontak dengan filsafat, tetapi kontak tersebut tidak penting
• Filsafat dan teori pendidikan menjadi satu
• John Dewey, filsafat dan filsafat pendidikan adalah sama, seperti pendidikan sama dengan kehidupan
Pengertian
Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan  dan  kesejahteraan  sosial  terhadap  anak  sejak  lahir  sampai dengan usia enam tahun.
Tujuan layanan Program TPA adalah:
a.  Memberikan  layanan  kepada  anak  usia  0  –  6  tahun  yang  terpaksa ditinggal orang tua karena pekerjaan atau halangan lainnya.
b.  Memberikan  layanan  yang  terkait  dengan  pemenuhan  hak-hak  anak untuk  tumbuh  dan  berkembang,  mendapatkan  perlindungan  dan  kasih sayang, serta hak untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosialnya

FILSAFAT DAN FILOSOFIS PENDIDIKAN


1.  PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.   

Ciri-ciri berfikir filosfi :
1.                        Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2.                        Berfikir secara sistematis.
3.                        Menyusun suatu skema konsepsi, dan
4.                        Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1.        Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2.        Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3.        Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang  telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
        1.        Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
        2.        Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
        3.        Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
        4.        Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.