Kamis, 04 November 2010

Makalah Reaksi Dan Pola Emosional Pada Bayi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah merupakan masa keemasan sekaligus dengan masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya, masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar-dasar pengembangan fisik, bahasa, sosial, emosional, moral dan nilai-nilai agama, kognitif dan seni.
Keterampilan sosial-emosional pada anal usia dini akan menjadi pondasi bagi anak-anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, peduli kepada orang lain, dan produktif.

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
·         Bagaimana reaksi dan pola emosional yang terjadi pada masa bayi?
·         Bagaimana perkembangan sosial emosional yang terjadi pada anak usia pra sekolah

1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian perkembangan sosial emosional pada anak usia pra sekolah adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik sosial emosional yang sering terjadi pada anak usia pra sekolah. Dengan memahami reaksi dan pola sosial emosional anak usia pra sekolah diharapkan kita bisa mengatasi masalah yang menghambat perkembangan anak. Dengan ini anak dapat berkembang dengan normal dan dapat menyongsong kehidupan yang akan datang dengan kesiapan.

1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian perkembangan sosial emosional pada anak usia pra sekolah, khususnya bagi saya dan umumnya bagi rekan- rekan supaya dapat mengenal dan memahami perkembangan sosial emosional anak usia dini atau pra sekolah untuk bekal menjalankan profesi sebagai pendidik PAUD.

1.5  Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka, studi pustaka bertujuan untuk mencari beberapa literatur yang berkaitan dengan penelitian ini kemudian yang kemudian penulis gunakan sebagai bahan perlengkapan teoritis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
 

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCERITA


A.    HAKIKAT METODE BERCERITA
1.      Pengertian Metode Bercerita
            Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bacrtiar S Bachir:2005:10). Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau sesuatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang rekaan belaka. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan.
2.      Unsur-unsur Metode Bercerita
Berdasarkan definisi tersebut, cerita mengandung unsur-unsur sebagai berikut .
a.       Tuturan, yaitu upaya yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa, dan kejadian.
b.      Karangan, yaitu upaya yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, kejadian, dan lain-lain, baik kisah nyata maupun rekaan.
c.       Lakon yang mewujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup, sandirawa, wayang dan lain-lain.
d.      Dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi atau cerita rekaan belaka

Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Secara Umum


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti : biologis, kognitif dan emosional.
            Bahasa adalah suatu system symbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti) sinfaksis (tata bahasa). Dengan bahasa anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaan pada orang lain.
            Al-Ghazali ra dalam bukunya yang berjudul Ihya Ulumuddin telah menyebutkan: “Perlu diketahui bahwa jalan untuk melatih anak-anak termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari yang lainnya”. Anak merupakan amanat ditangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan (dalam lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial), niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan keburukan (dalam lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial) serta ditelantarkan, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan berdampak sangat buruk bagi perkembangan baik fisik, mental, maupun spiritual sang anak.
Menurut Owens (dalam papalia et al, 1990), mengemukakan bahwa anak usia dini dapat menggunakan past mapping yaitu suatu proses dimana anak dapat menyerap arti kata baru setelah mendengarkan sekali atau dua kali di dalam percakapan/suatu kalimat yang berbentuk kalimat pertanyaan, negative dan perintah.
           
            Perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya.  Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan.Oleh sebab itulah masalah ini mendapat perhatian besar. Pemerolehan bahasa telah ditelaah secara intensif sejak lama. Pada saat itu kita telah mempelajari banyak hal mengenai bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit hal yang kita ketahui mengenai proses aktual perkembangan bahasa.


Integrasi Tumbuh Kembang Anak

Pendidikan merupakan salah satu upaya mewujudkan sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa dan berbudaya. Hal itu merupakan wujud konkrit pengamalan nilai-nilai agama, sosial dan budaya. Yaitu sejalan dengan apa yang tercantum dalam Al-Qur’an ”Wayashalladzina Lau Taroku Min Kholfihim Dzurriyatan Dhi’afa” Dan hendaklah kepada Allah Orang-orang yang Seandainya Meninggalkan dibelakang Mereka, anak-anak keturunan yang lemah. (Annisa :9) Maka semua fihak harus merasa terpanggil untuk melaksanakan kesepakatan (Dakar) tentang Pendidikan Untuk Semua. Termasuk di dalamnya TPA yang dikelola oleh Depang, BKB yang dibina oleh BKKBN, PAUD dibina oleh Dinas Pendidikan. Itu semua merupakan hak-hak anak.
Untuk itu penyelenggaraan pendidikan usia dini (PAUD) yang berkualitas dilaksanakan oleh beberapa lembaga perlu dilakukan pengelolaan secara terkoordinasi. Pada kenyataannya bahwa Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini di duga belum terkoornidasi secara sinergis. Maka perlu dikaji secara mendalam dari aspek, Tumbuh kembang anak, mutu, koordinasi, strategi. Supaya menemukan solusi yang direkomendasikan menjadi sebuah model yang diujicobakan pada seminar dan revisi program. Untuk menjadi sebuah model yang teruji dan implementatif.
Mari kita perhatikan Laporan Review Kebijakan Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini di Indonesia, yang dirumuskan oleh Soo Hyang Choi, Chief, Section For Early Childhood and Inclusive Education Division of Basic Education, Education Sector UNESCO, menyangtakan bahwa “ Definisi secara statistic menurut pemerintah pelayanan pendidikan anak usia dini termasuk 6 pelayanan—Taman Kenak-kanak (TK), Roudotul Athfal ( RA), Kelompok Bermain ( KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Bina Keluarga Balita (BKB), dan kelas 1 di Sekolah Dasar” ( SD) (UNESCO, 2005:10)