Rabu, 22 Desember 2010

Cara Terbaik Mengendalikan Anak

Mini Post 20 Cara Terbaik Mengendalikan Anak 
Banyak orangtua dan guru yang mengikuti seminar  berkomentar “Oke, teknik yang Anda berikan untuk mengatasi problematika anak sangat bagus. Tapi, saya tidak yakin bisa menerapkan apa yang telah Anda ajarkan” lalu tanya saya “Apa sebabnya?”, “Pertama saya tidak disukai anak, berikutnya bagaimana mengkomunikasikan pada mereka ?”.


Cara Terbaik Mengendalikan Anak
Jelas ini adalah masalah, tapi tenang ada cara bagaimana mengendalikan perilaku anak. Tapi sabar dahulu sebab ada bagian yang harus Anda pahami dahulu.

Banyak dari orangtua dan guru bertanya dalam pikiran mereka sendiri :

* Mengapa anak saya tidak peduli dengan masa depannya?
* Mengapa mereka melakukan hal-hal yang tidak masuk akal (guru dan orangtua)
* Mengapa mereka tidak mau mendengarkan walupun sudah diingatkan berkali-kali?
* Mengapa anak saya membiarkan dirinya dipengaruhi oleh hal-hal negatif dari teman-temannya yang tidak berguna?

Nah, pertanyaan utama : bagaimana mengendalikan perilaku dan pemikiran mereka?
Jawabanya adalah EMOSI mereka. Emosi sangat menguasai logika berpikir mereka anak-anak dan remaja. Remaja dan anak-anak jauh lebih banyak didorong oleh perasaan mereka daripada pemikiran yang baik untuk mereka. Dengan mengetahui hal ini, maka sia-sia upaya kita mengkuliahi mereka seharian. Membombardir pikiran mereka dengan nasehat positif, menjadikan diri kita motivator dadakan didepan mereka tidak akan mempan. Justru membuat anak bertambah “sebal” dengan kelakuan kita. komentar atau nasihat seperti : “kamu harus giat belajar”, “jangan buang waktumu dengan bermain terus”, “jaga kebersihan dikamarmu”, kecuali bila kita sudah terlebih dahulu mengenali perasaan mereka.

Dalam kondisi emosi yang negatif seorang anak tidak dapat menerima input dan nasehat bahkan titah sekalipun yang dapat mengubah perilaku mereka. Berbeda hasilnya jika kita mampu mengerti dan mengenali perasaan emosi mereka terlebih dahulu maka mereka akan terbuka dan mendengarkan saran logis dari kita. Anak –anak dan remaja akan melakukan sesuatu jika membuat mereka merasa nyaman atau enak di rasanya atau hatinya.

Sebelum melangkah lebih jauh, kita akan belajar bersama, bagaimana reaksi kita dalam menghadapi masalah anak. Seringkali jika ada masalah maka yang ada dibenak kepala kita umumnya ada 3 hal, yaitu :

1. Memberi Nasihat, misal: “saya tadi berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon kita pada umumnya “apa-apaan kamu ini sekolah bukan tempat belajar jadi tukang berantem, hanya penjahat yang menyelesaikan masalah dengan berantem”
2. Menginterogasi, misal: “Hp saya hilang di sekolah” respon kita pada umumnya “kamu yakin bukan kamu sendiri yang menghilangkan? Yakin kamu tidak lupa, coba diingat kembali”
3. Menyalahkan dan menuduh, misal: “tadi Edo dihukum karena tidak mengerjakan PR” respon kita pada umumnya “dasar anak malas, mulai hari ini kamu harus lebih disiplin dan perhatikan tugas disekolah”.

Setelah melihat ketiga contoh diatas, tidak ada satu ruang pun untuk mengakui perasaan atau emosi anak, betul? Seringkali kita ini hanya memberikan masukan tanpa mau mendengar apa yang sebenarnya terjadi (lebih tepatnya perasaan apa yang terjadi pada diri anak kita). Ketika emosi seorang anak diabaikan mereka akan lebih marah dan benci. Selama ini mereka berada dalam keadaan emosi negatif, semua nasihat-nasihat maksud baik kita tidak akan digubris, malah akan di “gubrak”.

Cara terbaik untuk mengendalikan anak kita adalah, mengakui emosinya (kenali emosinya) dan beri mereka kekuatan untuk menemukan solusi atas masalah mereka sendiri. Caranya adalah:

1. Dengarkan mereka 100%, tatap matanya dengan tatapan datar atau sayang. (Berikan perhatian dan pengakuan)
Terkadang yang dibutuhkan anak hanya didengar saja, bukan solusinya. Hanya memberikan perhatian 100% kita bisa terkejut, ternyata anak mau terbuka dan mau berbagi pikiran dan perasaan. Hanya dengan berkata “hmm.. okay, begitu ya.. lalu..” Walau nampaknya sederhana, jujur ini sulit bagi kita orangtua yang terbiasa mau ambil jalur cepat alias memberikan solusi dan menyelesaikan masalah. Ketika hal itu kita lakukan, anak akan menutup diri dan menghindar bicara kepada kita. Anak hanya akan meyatakan pikiran dan perasaan yang sejujurnya tanpa takut dihakimi.

Ketika kita biarkan anak mengungkap emosi dan pikirannya dengan bebas (saat kita ada untuk memberi dukungan emosional), kita akan melihat mereka dapat menemukan solusi sendiri untuk permasalahan mereka. Kelebihan lainnya dari pendekatan ini adalah anak akan mengembangkan rasa percaya diri untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan menghadapi tantangan – tantangan hidup.

Misal : “saya tadi berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon kita “apa yang terjadi? Lukamu pasti sakit sekali yah.. oh, okay”

2. Mengenali dan mengambarkan emosi.
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosi anak dan mengerti dengan pasti apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka mudah bagi mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi yang umumnya dialami oleh manusia.

Nama Emosi dan Makna-nya :

1. Marah – Merasakan adanya ketidakadilan
2. Rasa bersalah – Kita merasa tidak adil terhadap orang lain
3. Takut - Kita diharapkan antisipasi karena sesuatum yang tak diinginkan bisa saja terjadi
4. Frustrasi – Melakukan sesuatu berulangkali dan hasilnya tak sesuai harapan artinya kita harus cari cara lain
5. Kecewa – Apa yang diinginkan tidak bisa terwujud
6. Sedih – Kehilangan sesuatu yang dirasa berharga
7. Kesepian – Kebutuhan akan relasi yang bermakna bukan hanya sekedar berteman
8. Rasa tidak mampu – Kebutuhan untuk belajar sesuatu karena ada sesuatu yang tak bisa dilakukan dengan baik
9. Rasa bosan – Kebutuhan untuk bertumbuh dan mendapatkan tantangan baru
10. Stress – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
11. Depresi - Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan

Baiklah kita mulai dengan satu kasus, jika anak Anda datang kepada Anda dan berkata “Joni tidak mau bermain bola dengan ku” apa jawab Anda? “Sini main sama papa/mama, maen sama yang lain saja ya atau ya sudah.. maen sendiri saja”. Ketiga jawaban ini sekilas adalah jawaban klasik, dan memang dibenarkan karena sering dipakai. Pertanyaan saya ada Emosi apa dibalik kata-kata anak tersebut? Betul!! KECEWA, KESEPIAN, nah kalau begitu responnya bagaimana? “Hmm.. nak kamu pengen banget ya maen sama Joni?” atau “Hmm.. kamu kesepian yah, pengen main ya?” lalu tunggu responnya, biasanya anak akan bercerita panjang lebar, kemudian solusi sebaiknya diserahkan kepada anak, caranya “lalu apa yang bisa Papa/Mama bantu buat kamu? Mau maen sama Papa/Mama? Atau ada ide lain?” Biarkan anak memilih solusi terbaik bagi dirinya. Hafalkan tabel diatas dan gunakan untuk berkomunikasi dengan anak, pahami seiap kasus yang dialami anak.

Dengan turut mengerti perasaan emosi anak dan membiarkan menemukan solusi masalahnya sendiri maka anak akan merasa dipahami dan nyaman. Serta akan tumbuh rasa percaya diri dilingkungan yang menghargai dia. Dan berikutnya akan mudah bagi anak untuk terbuka terhadap orangtuanya, dan sikap saling percaya antara orangtua dan anak akan terbentuk dengan baik.

Sampai kini, kita telah belajar bagaimana caranya agar anak terbuka dan percaya pada kita, betul? Berikutnya bagaimana caranya mengarahkan? Caranya setelah kita mendengar dan mengerti perasaan dan emosi anak, serta menanyakan solusi terbaik menurut anak (jika anak sudah mampu berpikir untuk solusi) tanyakan “bolehkah Papa/Mama usul?” setelah ada ijin dari anak maka berikan masukan yang Anda rasa paling mujarab. Terkadang cara pandang anak tidak sama dengan orangtua, kita tahu jika anak memilih solusi yang kurang tepat (menurut orangtua) dengan nilai, norma yang berlaku di lingkungan sosial maka kita bisa “menggiringnya” dengan mudah karena langkah 1 dan 2 sudah dilakukan. Tentunya dengan model komunikasi yang sopan dan tetap menghargai anak.

Pintu gerbang kekerasan hati anak akan terbuka lebar saat kita mau menerima dan mengerti anak kita, dan anak akan mempersilahkan kita masuk dan bertamu didalam lubuk hatinya yang paling dalam. Ditempat itulah kita dapat meletakan pesan, arahan dan masukan positif bagi kebaikan masa depan anak.

Saya paham cara ini butuh waktu, semua solusi cerdas untuk meningkatkan kualitas keluarga butuh waktu. Ada namanya “waktu tunggu” untuk suatu hasil yang istimewa. Masakan yang enak dan sehat butuh waktu dan proses didapur, tidak sekian detik jadi. Nah kualitas apa yang kita mau untuk keluarga kita?

LIMA JURUS JITU UNTUK MENG-HYPNOSIS ANAK

Mini Post 9 Lima Jurus Jitu Meng Hypnosis Anak

Banyak rekan dan sahabat mengeluh bagaimana mengatasi perilaku anak mereka, seakan-akan anak merupakan bumerang bagi orang tuanya, loh.. kok bisa tanya saya? “Iya, saya bilang jangan lari-lari, eh.. malah lari ” keluh bapak Kodir. Tentunya banyak teman atau saudara kita yang memiliki anak kecil yang mengalami hal serupa. Ada beberapa hal yang tidak diketahui oleh orang tua, bagaimana seorang anak memproses informasi yang dia peroleh. Otak yang berada pada diri anak kecil sangatlah jauh berbeda dengan otak yang ada di kepala orang dewasa, loh.. apa bedanya? Bedanya, seorang anak terutama usia 5 tahun ke bawah memiliki daya serap informasi yang sangat tinggi, mudah sekali mempelajari  segala sesuatu. Bahkan beberapa ahli mengatakan usia 0-3 tahun adalah Golden Age. Baiklah, ada beberapa cara ampuh untuk memodifikasi perlaku anak (dibawah 12 tahun), yang bisa saya bagikan.


A. Beritahu Langsung (Direct Suggestion)
Tehnik ini sungguh mudah dan gampang, Anda hanya perlu memegang kedua bahu atau ke dua tangan sambil mata melihat ke anak anda dengan tatapan datar, tidak bermaksud memarahi ataupun bercanda, dan mengatakan hal yang Anda inginkan misal “mulai besok dan seterusnya belajar adalah kegiatan yang menyenangkan”, katakan dengan nada yang tegas (bukan di bentak), sambil mata orang tua dan anak saling bertatapan. Ulang saja kata tersebut tiga kali setelah itu biarkan anak Anda melakukan aktivitasnya kembali, mudah bukan? Hanya tingal panggil anak Anda, pegang kedua bahu atau kedua tangannya (pertanda Anda mengajaknya berbicara secara serius) dan ucapkan kalimat saktinya “makin hari kamu makin…”. Satu hal penting yang harus diperhatikan saat menggunakan tehnik ini yaitu penggunaan kalimat negatif. Penjelasan penggunaan kalimat negatif akan saya jelaskan pada jurus ke 2, Bioskop Ajaib.


B. Bioskop ajaib
Nah ini jurus yang juga sangat mudah sekali, Bioskop Ajaib adalah jurus untuk memasukan sugesti dengan cara yang cepat dan akurat. Sebagai orang tua kita sebaiknya belajar memiliki kemampuan bercerita ala dongeng kesukaan anak kita, serta kita sesuaikan cerita yang kita buat tersebut dengan nilai-nilai atau aturan yang anak kita butuhkan. Sebaiknya dalam bercerita  :
  • Hindari penggunaan kalimat negatif (tidak, jangan) karena otak tidak mengenal kalimat negatif. Misalnya, jika saya minta Anda bayangkan jeruk, apa yang keluar dalam imajinasi Anda? Tulisan J-E-R-U-K atau gambar buah jeruk? Pasti seperti kebanyakan orang lainnya, gambar buah jeruk yang keluar. Kalo saya berkata “tidak” apa yang ada didalam imajinasi Anda? Seperti kebanyakan orang pula, sesaat mereka mencari-cari lalu jawabannya adalah kosong, tidak ada apa-apa.
  • Ungkapkan keinginan Anda secara  langsung, misalnya: jangan lari-lari, sebenarnya keinginan Anda duduk tenang. “Jangan nakal ya” sebenarnya maksud Anda anak yang baik. Sebaiknya pilih kata yang tepat saat kita ingin berkomunikasi dengan anak.
  • Ceritakan secara konsisten dengan penuh variasi. Seandainya Anda ingin menenanamkan tentang bagaimana sikap mendengarkan yang baik, ulangi cerita tersebut pada waktu yang berbeda sampai perilaku ini benar-benar sudah menjadi kebiasaannya (biasanya 3-5 kali cerita), dengan tokoh yang berbeda (Pooh, Barney, Teletubies, dll) atau membuat cerita yang bersambung.

Instruksinya mudah, kita bisa minta kepada anak “nah, coba papa / mama akan ajak kamu nonton bioskop ajaib, ini hanya bisa dilihat jika kamu memejamkan mata. Kemudian tokoh kesayanganmu akan muncul disana, coba tutup mata kamu”. Nah setelah anak menutup mata maka kita tinggal mengarahkan saja, perilaku apa yang perlu di perbaiki dengan mengunakan tokoh utama film tersebut. misal: “coba dengarkan pooh berbisik kepadamu, kamu anak yang rajin belajar. Aku senang bersahabat denganmu” atau “lihat Barney mendatangimu, hendak memberikan buah-buahan segar karena kamu tadi menjadi pendengar yang baik saat dia bercerita”. Gunakan kesempatan ini untuk memasukan nilai –nilai positif pada anak (sopan santun, aturan dalam bersosialisasi, dll).

Selasa, 14 Desember 2010

PERMASALAHAN ANAK DAN UPAYA PENANGANANNYA

PERMASALAHAN ANAK DAN UPAYA PENANGANANNYA

A. Pengantar
Setiap anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah. Masalah yang dihadapi anak, terutama anak usia dini, biasanya berkaitan dengan gangguan pada proses perkembangannya. Bila
gangguan tersebut tidak segera diatasi maka akan berlanjut pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah. Pada gilirannya, gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan
anak yang optimal. Dengan demikian, penting bagi para orang tua dan guru untuk memahami permasalahan-permasalahan anak agar dapat meminimalkan kemunculan dan dampak permasalahan tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat.

B. Jenis-jenis Permasalahan Anak
Secara garis besar, masalah yang dihadapi anak dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan keadaan fisik, psikis, sosial, serta kesulitan belajar.
1. Fisik
Perkembangan aspek fisik terkait dengan keutuhan dan kemampuan fungsi panca indera anak, kemampuan melakukan gerakangerakan sesuai perkembangan usianya serta kemampuan mengontrol perkembangan. Anak yang mengalami hambatan dalam hal-hal tersebut dapat dikatakan mengalami masalah secara fisik. Lebih lanjut permasalahan-permasalahan fisik tersebut adalah sebagai berikut.
a. Gangguan fungsi pancaindera
b. Cacat tubuh
c. Kegemukan (obesitas)
d. Gangguan gerak peniruan (stereotipik
e. Kidal


f. Gangguan Kesehatan (penyakit)
g. Hiperaktif
h. Neuropati
i. Ngompol (enuresis)
j. Buang air besar di sembarang tempat (encopresis)
k. Gagap
l. Gangguan perkembangan bahasa

2. Psikis
Permasalahan psikis anak terkait dengan kemampuan psikologis yang dimilikinya atau ketidakmampuan mengekspresikan dirinya dalam kondisi yang tidak normal. Beberapa permasalahan psikis yang seringkali
dialami anak adalah sebagai berikut.
a. Gangguan konsentrasi
b. Inteligensi (baik tinggi maupun rendah)
c. Berbohong
d. Emosi(perasaan takut, cemas, marah, sedih, dan lain-lain)

3. Sosial
Perkembangan sosial anak berhubungan dengan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, atau lingkungan pergaulan yang lebih luas. Dengan demikian, permasalahan anak dalam bidang sosial juga berkaitan dengan pergaulan atau hubungan sosial, yang meliputi perilaku-perilaku sebagai berikut.
a. Tingkah laku agresif
b. Daya suai kurang
c. Pemalu
d. Anak manja
e. Negativisme
f. Perilaku berkuasa
g. Perilaku merusak

4. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar pada anak dapat dimaknai sebagai ketidakmampuan anak dalam mencapai taraf hasil  belajar yang sudah ditentukan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dalam program kegiatan belajar,  sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Beberapa indicator dan jenis kesulitan belajar yang mungkin dialami  anak adalah sebagai berikut.
a. Lower level
b. Underachiever
c. Slow learner

C. Faktor Penyebab Permasalahan Anak
Terdapat beberapa faktor penyebab permasalahan pada anak, baik
yang bersifat intrinsik (berasal dari diri anak sendiri) maupun ekstrinsik
(berasal dari luar diri anak). Secara umum, faktor-faktor tersebut adalah:
1. pembawaan, yakni anak dengan semua keadaan yang ada pada dirinya;
2. lingkungan keluarga, mencakup pola asuh orang tua, keadaan sosial ekonomi keluarga, dan lain-lain;
3. lingkungan sekolah, meliputi cara mengajar guru, proses belajar mengajar, alat bantu, kurikulum, dan lain-lain);
4. masyarakat, mencakup pergaulan, norma, adat istiadat, dan lain-lain.

D. Cara Mengidentifikasi Permasalahan Anak
Mengidentifikasi permasalahan anak diartikan sebagai upaya menemukan gejala-gejala yang tampak pada penampilan dan perilaku anak dalam memperkirakan penyebab masalah hingga bentuk bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Berbagai cara dapat dilakukan orang tua dan guru untuk mengetahui apakah anak mengalami permasalahan atau tidak. Cara-cara tersebut secara umum dibagi dua, yakni melalui tes dan non tes.

1. Tes
Tes merupakan salah satu alat bantu yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi permasalahan anak yang bersifat standar/baku. Bentuk tes ini dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau tugas –tugas
yang harus dijawab atau dikerjakan anak serta dibatasi oleh waktu. Diantara beragam jenis tes yang banyak dipergunakan, di antaranya adalah:
a. tes bakat;
b. inteligensi;
c. prestasi;
d. diagnostik;
e. dan lain-lain.
2. Non-tes
Teknik non tes biasanya dipergunakan untuk mengidentifikasi permasalahan anak dengan cara mengamati penampilan serta perilaku anak dalam aktivitas kesehariannya sehingga cenderung lebih fleksibel bila  dibandingkan dengan teknik tes. Di samping itu, dipergunakan pula kumpulan hasil karya dan pekerjaan anak  selama periode waktu tertentu. Beberapa macam teknik non-tes yang populer, di antaranya adalah:
a. observasi;
b. wawancara;
c. angket;
d. portofolio;
e. catatan anekdot;
f. daftar cek;
g. skala penilaian;
h. sosiometri;
i. angket;
j. tugas kelompok;
k. dan lain-lain.

E. Langkah-langkah dan Teknik Penanganan Masalah
1. Langkah-langkah Penanganan masalah
Penanganan masalah anak dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a. Identifikasi kasus, yakni upaya untuk menandai subjek (anak) yang diperkirakan mengalami masalah.
b. Identifikasi masalah, yakni upaya mengetahui inti permasalahan yang dihadapi anak.
c. Diagnosis, merupakan langkah untuk mengidentifikasi karakteristik serta faktor penyebab masalah yang dialami anak.
d. Prognosis, merupakan langkah untuk merumuskan alternatif upaya bantuan sesuai dengan karakteristik permasalahan yang dialami.
e. Treatment, merupakan upaya pemberian bantuan itu sendiri.
f. Tindak lanjut, dilakukan sebagai bentuk evaluasi terhadap upaya pemberian bantuan yang telah dilakukan serta kemungkinan penggunaan langkah-langkah berikutnya.

2. Teknik Penanganan Masalah
Pada hakikatnya, tidak ada satu pun teknik yang efektif untuk menangani permasalahan anak yang  berbeda-beda. Penggunaan suatu teknik akan bergantung kepada karakteristik anak, jenis permasalahan,
kemampuan serta keterampilan pemberi bantuan, serta faktor feasibilitasnya. Di antara berbagai teknik yang dapat dilakukan orang tua dan guru untuk membantu menangani permasalahan anak adalah sebagai berikut.
a. Latihan
b. Permainan
c. Saran dan nasihat
d. Pengkondisian (conditioning)
e. Model dan peniruan (modeling and imitation)
f. Konseling

F. Syarat Menangani Permasalahan Anak
Orang tua dan guru merupakan model bagi anak. Untuk dapat membantu menangani permasalahan anak dengan tepat, orang tua dan guru diharapkan memiliki beberapa karakteristik sebagai persyaratannya.
Beberapa karakteristik di bawah ini setidaknya dapat membantu mempermudah orang tua dan guru dalam menangani permasalahan yang dihadapi anak.
1. Kesabaran
2. Penuh kasih sayang
3. Penuh perhatian
4. Ramah
5. Toleransi terhadap anak
6. Empati
7. Penuh kehangatan
8. Menerima anak apa adanya
9. Adil
10. Dapat memahami perasaan anak
11. Pemaaf terhadap anak
12. Menghargai anak
13. Memberi kebebasan terhadap anak
14. Menciptakan hubungan yang akrab dengan anak

G. Penutup
Setiap permasalahan tentu memiliki solusi. Demikian pula permasalahan yang dihadapi anak, merupakan suatu cara bagi orang tua dan guru untuk belajar memberikan solusi yang terbaik bagi proses tumbuh kembang anak-anak mereka.
Semoga paparan dalam makalah ini memberikan manfaat bagi banyak pihak. Terima kasih.