Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.
Tujuan layanan Program TPA adalah:
a. Memberikan layanan kepada anak usia 0 – 6 tahun yang terpaksa ditinggal orang tua karena pekerjaan atau halangan lainnya.
b. Memberikan layanan yang terkait dengan pemenuhan hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan dan kasih sayang, serta hak untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosialnya
Pengelompokkan Usia
Kegiatan pengasuhan dan bermain di TPA dilakukan dengan cara
dikelompokkan berdasarkan usia, dengan pengelompokkan sebagai berikut:
a. | Kelompok usia | 3 bulan | - < | 2 tahun |
b. | Kelompok usia | 2 tahun | - < | 4 tahun |
c. | Kelompok usia | 4 tahun | - < | 6 tahun |
Pendidikan anak usia dini yang diterapkan dalam program TPA didasarkan atas prinsip-prinsip berikut:
- Berorientasi pada kebutuhan anak.
- Sesuai dengan perkembangan anak.
- Sesuai dengan keunikan setiap individu.
- Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain.
- Anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke sosial.
- Anak sebagai pembelajar aktif.
- Anak belajar melalui interaksi sosial
- Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar.
- Merangsang munculnya kreativitas dan inovatif.
- Mengembangkan kecakapan hidup anak.
- Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar.
- Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya.
- Melibatkan peran serta orangtua yang bekerja sama dengan para pendidik di lembaga PAUD.
- timulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan.
1. Berorientasi pada kebutuhan anak.
Pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang sama, seperti kebutuhan fisik, rasa aman, dihargai, tidak dibeda-bedakan, bersosialisasi, dan kebutuhan untuk diakui. Anak tidak bisa belajar dengan baik apabila dia lapar, merasa tidak aman/ takut, lingkungan tidak sehat, tidak dihargai atau diacuhkan oleh pendidik atau temannya. Hukuman dan pujian tidak termasuk bagian dari kebutuhan anak, karenanya pendidik tidak menggunakan keduanya untuk mendisiplinkan atau menguatkan usaha yang ditunjukkan anak.
2. Sesuai dengan perkembangan anak.
Setiap usia mempunyai tugas perkembangan yang berbeda, misalnya pada usia 4 bulan pada umumnya anak bisa tengkurap, usia 6 bulan bisa duduk, 10 bulan bisa berdiri, dan 1 tahun bisa berjalan. Pada dasarnya semua anak memiliki pola perkembangan yang dapat diramalkan, misalnya anak akan bisa berjalan setelah bisa berdiri. Oleh karena itu pendidik harus memahami tahap perkembangan anak dan menyusun kegiatan sesuai dengan tahapan perkembangan untuk mendukung pencapaian tahap perkembangan yang lebih tinggi.
3. Sesuai dengan keunikan setiap individu.
Anak merupakan individu yang unik, masing-masing mempunyai gaya belajar yang berbeda. Ada anak yang lebih mudah belajarnya dengan mendengarkan (auditori), ada yang dengan melihat (visual) dan ada yang harus dengan bergerak (kinestetik). Anak juga memiliki minat yang berbeda-beda terhadap alat/ bahan yang dipelajari/digunakan, juga mempunyai temperamen yang berbeda, bahasa yang berbeda, cara merespon lingkungan, serta kebiasaan yang berbeda. Pendidik seharusnya mempertimbangkan perbedaan individual anak, serta mengakui perbedaan tersebut sebagai kelebihan masing-masing anak. Untuk mendukung hal tersebut pendidik harus menggunakan cara yang beragam dalam membangun pengalaman anak, serta menyediakan ragam main yang cukup.
4. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain.
Pembelajaran dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Melalui bermain anak belajar tentang: konsep-konsep matematika, sains, seni dan
kreativitas, bahasa, sosial, dan lain-lain. Selama bermain, anak mendapatkan pengalaman untuk mengembangkan aspek-aspek/nilai-nilai moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni. Pembentukan kebiasaan yang baik seperti disiplin, sopan santun, dan lainnya dikenalkan melalui cara yang menyenangkan.
Dasar Filsafat Pendidikan Di TPA
Untuk mendukung mewujudkan anak usia dini yang berkualitas, maju, mandiri, demokrasi, dan berprestasi, maka filsafat pendidikan di TPA dapat dirumuskan menjadi: Tempa, Asah, Asih, Asuh.
1. Tempa
Yang dimaksud dengan tempa adalah untuk mewujudkan kualitas fisik anak usia dini melalui upaya pemeliharaan kesehatan, peningkatan mutu gizi, olahraga yang teratur dan terukur, serta aktivitas jasmani sehingga anak memiliki fisik kuat, lincah, daya tahan dan disiplin tinggi.
2. Asah
Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui bermain agar memiliki pengalaman yang berguna dalam mengembangkan seluruh potensinya. Kegiatan bermain yang bermakna, menarik, dan merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk melakukan, mengekplorasi, memanipulasi, dan menemukan inovasi sesuai dengan minat dan gaya belajar anak.
3. Asih
Asih pada dasarnya merupakan penjaminan pemenuhan kebutuhan anak untuk mendapatkan perlindungan dari pengaruh yang dapat merugikan pertumbuhan dan perkembangan, misalnya perlakuan kasar, penganiayaan fisik dan mental dan ekploitasi.
4. Asuh
Melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk perilaku dan kualitas kepribadian dan jati diri anak dalam hal:
- a. Integritas, iman, dan taqwa;
- b. Patriotisme, nasionalisme dan kepeloporan;
- c. Rasa tanggung jawab, jiwa kesatria, dan sportivitas;
- d. Jiwa kebersamaan, demokratis, dan tahan uji;
- e. Jiwa tanggap (penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi), daya kritis dan idealisme;
- f. Optimis dan keberanian mengambil resiko;
- g. Jiwa kewirausahaan, kreatif dan profesional.
Sy cenderung taman pengasuhan anak
BalasHapus