Kamis, 18 November 2010

PEMBELAJARAN INOVATIF PEMANFAATAN OUTBOND SAINS SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN MEANINGFUL LEARNING


PEMBELAJARAN INOVATIF PEMANFAATAN OUTBOND SAINS SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN MEANINGFUL LEARNING

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) saat ini mengakibatkan perubahan-perubahan di berbagai bidang kehidupan. Mulyasa (2008: 9) mengemukakan bahwa pendidikan harus dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan permasalahan-permasalahan perkembangan ipteks. Kesuksesan pendidikan anak Indonesia merupakan ujung tombak kemajuan bangsa Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara lain.

Realita proses pembelajaran di kelas tradisional, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas didominasi oleh kegiatan belajar yang hanya mengarahkan siswa untuk menghafal informasi saja, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi. Siswa tidak dituntut untuk memahami dan menghubungkan informasi yang diingatnya itu dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan tersebut kurang mendorong siswa untuk dapat mengembangkan
kemampuan berpikir. Sebagaimana yang diungkapkan Mary (2002: 1) bahwa Thinking outside the box is sometimes difficult when students and teachers are working within the constraints of a traditional classroom. Students especially have their outlooks limited by classroom walls because they often do not yet have a wide perspective on the potential for their actions to have civic
consequences.

Saat ini pembelajaran yang dilakukan masih belum bermakna. Hal ini sebagaimana diungkapkan Abdurrahman (2007: 100) bahwa selama mengikuti pembelajaran di sekolah siswa jarang bersentuhan dengan pendidikan nilai yang berorientasi pada pembentukan watak dan kepribadian. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang bermakna dan juga mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk mempelajari sains yang ditunjukkan dengan sikap bosan mengikuti proses pembelajaran sehingga sains kurang berkesan dalam benak mereka (Martin, et al., 2005: 6). Oleh karena itu, perlu suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa dan dapat memberikan makna bagi siswa untuk dapat menjadi manusia seutuhnya. Pembelajaran dengan outbond sains memungkinkan siswa mengalami langsung konsep yang dipelajari serta mengembangkan penalaran logis dan mengajarkan siswa untuk menguasai nilai-nilai spiritual, emosional dan intelektual secara optimal. Hal itu dikarenakan materi pembelajaran dapat dirangkum menjadi kegiatan yang dekat dengan pengalaman siswa dalam kesehariannya sehingga menjadi bermakna bagi kehidupan.

 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Inovasi
Inovasi pendidikan (education innovation) adalah pembaharuan pendidikan secara parsial berskala sekolah atau kelas, dengan objek pembaharuan mengenai salah satu komponen pendidikan (Sukardjo & Das Salirawati, 2008). Santyasa (2005: 5) menambahkan bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered, artinya pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inovatif adalah pembaharuan pendidikan yang mengaktifkan siswa untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan menciptakan pembelajaran student centered.
Menurut Marsaja (2007) keunggulan pembelajaran inovatif adalah: (1) Kualitas hasil belajar yang dicapai menjadi lebih tinggi; (2) Lingkup hasil belajar menjadi lebih komprehensif; (3) Pembelajaran inovatif tidak saja menekankan pada hasil belajar kognitif, tetapi juga hasil belajar proses dan sikap. Konsekuensinya tentu akan memerlukan waktu yang lebih lama karena dilakukan untuk mencapai banyak hasil belajar. Pembelajaran inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa (student centered learning) juga memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa. Metode-metode tersebut diantaranya sebagai berikut
1. Berbagi informasi (information sharing) dengan cara: curah gagasan (brainstorming),   
    kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (group discussion),diskusi panel (panel discussion),  
   simposium, dan seminar
2. Pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving based learning) dengan cara: studi  
    kasus, tutorial, dan lokakarya.
3. Belajar dari pengalaman (experience based) dengan cara: simulasi, bermain peran (roleplay),  
    permainan (game), dan kelompok temu;

Salah satu metode alternatif yang saat ini sedang digemari dan diyakini lebih berhasil dari kegiatan ceramah adalah pendidikan luar ruang (outbound education), yang sarat dengan permainan yang menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan, dan mendekatkan siswa dengan alam.

B.     Landasan Teori
1.      Meaningful Learning
Dunia pendidikan saat ini sering lebih menitikberatkan pada bagaimana mengembangkan kecerdasan kognitif sehingga terjebak pada rasional oriented dan melepaskan orientasi irrasional maupun metafisik, semacam spiritual, dan konsep diri yang dianggap sebagai penghambat. Keadaaan yang demikian mengakibatkan pembunuhan karakter yang dimiliki siswa dari sebuah kesatuan dalam dimensi kediriannya. Menurut Abdurrahman (2007: 74) proses pembelajaran meliputi keseluruhan unsur baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Apabila proses pembelajaran tidak berjalan secara simultan maka akan terjadi split personality (diri yang terpisah) pada setiap siswa.

Gejala split personality ini tampak dalam perjalanan dunia pendidikan kita, tak terkecuali pendidikan sains. Hal ini menjadi tantangan bagi para guru untuk mengupayakan bagaimana melakukan pembelajaran yang menitikberatkan pada proses penyempurnaan manusia atau memanusiakan manusia (to be human) dan mengartikan hidup (enoble life). Spiritualisme yang dilaksanakan dalam pendidikan berorientasi praktik riil seorang guru dan siswa untuk menyempurnakan proses menuju kematangan hidupnya. Pada akhirnya yang diinginkan adalah dimensi spiritual yang mapan dalam diri setiap siswa. Siswa tidak hanya mamapu menangkap pesan lahiriah dari apa yang ia pelajari, namun lebih dari itu siswa juga mampu memproyeksikan pesan esoterik dari setiap teori yang ia pelajari.

Pendidikan adalah proses interaksi antara siswa dengan dirinya sendiri (konsentris), siswa dan alam sekitar (horisontal) dan interaksi siswa dengan Allah swt (vertikal), tetapi banyak metode pengajaran kita yang memisah-misahkan ketiga interaksi tersebut. Oleh karena itu guru hendaknya menyadari pentingnya pembelajaran yang bermakna dengan menciptakan keseimbangan antara guru, siswa, dan lingkungan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan memahami dan menerapkan berbagai metode atau model mengajar semisal CTL, Cooperative learning, Quantum learning, quantum teaching, accelerated learning dan sebagainya.

Menurut Bartlet pembelajaran lebih bermakna adalah proses pembelajaran yang membangun makna (input), kemudian prosesnya melalui struktur kognitif sehingga akan berkesan lama dalam ingatan/memori (terjadi rekonstruksi). Sementara itu, menurut John Dewey, pembelajaran sejati adalah lebih berdasar pada penjelajahan yang terbimbing dengan pendampingan daripada sekedar transmisi pengetahuan. Pembelajaran merupakan individual discovery. Hal tersebut senada dengan pendapat Burton (1962: 25) bahwa “Learning is experience”. Pengalaman merupakan sumber dari pengetahuan, nilai dan keterampilan. Pendidikan memberikan kesempatan dan pengalaman dalam proses pencarian informasi, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan bagi kehidupannya sendiri (www.bocahkecil.info/belajar-bersama-alam.html).

Metode belajar inovatif outbond sains dapat menjadi salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental siswa seutuhnya sehingga terwujud pembelajaran yang bermakna. Artinya, siswa mampu membangun fisik dan mentalnya dengan belajar sambil bermain karena melalui permainan outbond sains akan terbangun suasana yang lepas, bebas, menyenangkan dan atraktif serta memberi makna dalam belajar siswa.

2. Outbond Sains
Alam ini kaya akan pengetahuan. Hal yang tidak dapat siswa pelajari di dalam ruangan, dapat siswa dapatkan di luar ruangan, sehingga siswa dapat belajar membuat kesimpulan dan menguji apa yang diterimanya di kelas. Terdapat tiga tahapan yang dapat dilakukan siswa untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, belajar tentang bunga, siswa dapat mengeksplorasi bunga misal macam-macam warna mahkota bunga, adanya putik dan benang sari, dan sebagainya. Guru hendaknya dapat mengajak siswa untuk melakukan observasi di lapangan misalnya mengamati, menyentuh atau meraba dan menganalisa. Sebagai contoh siswa melakukan observasi untuk mengenal bagian dari tumbuhan, misalnya daun, akar, batang, kelopak, dan sebagainya. Tak hanya itu, guru juga memaparkan pada siswa masing-masing fungsinya dan bentuknya yang beragam sehingga siswa belajar mengenal apa yang
ada di alam melalui semua inderanya.

Pembelajaran sains dengan memanfaatkan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti: menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya. Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa siswa ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya.

Outbond adalah suatu program pembelajaran di alam terbuka yang berdasarkan pada prinsip experiential learning (belajar melalui pengalaman langsung) yang disajikan dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi dan petualangan sebagai media penyampaian materi. Artinya dalam program outbond tersebut siswa secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan langsung terlibat pada aktivitas (learning by doing) siswa akan segera mendapat umpan balik tentang dampak dari kegiatan yang dilakukan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan diri setiap siswa dimasa mendatang. Hal tersebut juga dapat diartikan bahwa proses belajar dari pengalaman (experiental learning) dengan
menggunakan seluruh panca indera (global learning) yang nampaknya rumit, memiliki kekuatan karena situasinya “memaksa” siswa memberikan respon spontan yang melibatkan fisik, emosi, dan kecerdasan sehingga secara langsung mereka dapat lebih memahami diri sendiri dan orang lain.

Outbond juga dikenal dengan sebutan media outbond activities. Outbond merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di sekolah. Dengan konsep interaksi antar siswa dan alam melalui kegiatan simulasi di alam terbuka. Hal tersebut diyakini dapat memberikan suasana yang kondusif untuk membentuk sikap, cara berfikir serta persepsi yang kreatif dan positif dari setiap siswa guna membentuk jiwa kepemimpinan, kebersamaan/teamwork, keterbukaan, toleransi dan kepekaan yang mendalam, yang pada harapannya akan mampu memberikan semangat, inisiatif, dan pola pemberdayaan baru dalam suatu sekolah.

Melalui simulasi outdoor activities ini, siswa juga akan mampu mengembangkan potensi diri, baik secara individu (personal development) maupun dalam kelompok (team development) dengan melakukan interaksi dalam bentuk komunikasi yang efektif, manajemen konflik, kompetisi, kepemimpinan, manajemen resiko, dan pengambilan keputusan serta inisiatif. Adapun tujuan outbond menurut Adrianus dan Yufiarti (http://widhoy.multiply.com) tujuan outbond adalah untuk:
a. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri siswa.
b. Berekspresi sesuai dengan caranya sendiri yang masih dapat diterima lingkungan.
c. Mengetahui dan memahami perasaan, pendapat orang lain dan memahami perbedaan.
d. Membangkitkan semangat dan motivasi untuk terus terlibat dalam kegiatan-kegiatan.
e. Lebih mandiri dan bertindak sesuai dengan keinginan.
f. Lebih empati dan sensitif dengan perasaan orang lain.
g. Mampu berkomunikasi dengan baik
h. Mengetahui cara belajar yang efektif dan kreatif.
i. Memberikan pemahaman terhadap sesuatu tentang pentingnya karakter yang baik.
j. Menanamkan nilai-nilai yang positif sehingga terbentuk karakter siswa melalui berbagai contoh nyata dalam pengalaman hidup.
k. Membangun kualitas hidup siswa yang berkarakter.
l. Menerapkan dan memberi contoh karakter yang baik kepada lingkungan.

Kegiatan outbond sains merupakan kegiatan belajar sambil bermain atau sebaliknya. Menurut Vygotsky (Tedjasaputra, 2001: 10) bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kongnisi seorang anak dan berperan penting dalam perkembangan sosial dan emosi anak. Menurut Heterington dan Parke (Moeslichatoen, 1999: 34), bermain juga berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognitif anak. Belajar sambil bermain akan memungkinkan anak meneliti lingkungan, mempelajari segala sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Bermain juga meningkatkan perkembangan sosial anak serta untuk memahami peran orang lain dan menghayati peran yang akan diambilnya setelah ia
dewasa kelak.

Dworetzky (Moeslichatoen, 1999: 34) mengemukakan bahwa fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peran penting bagi perkembangan kognitif dan sosial siswa. Jadi berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat bermain tidak saja dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral, kreativitas, dan perkembangan fisik siswa.

Pendekatan outbond cocok diterapkan karena adanya perbedaan-perbedaan individu dalam kelas. Pada pendekatan ini, siswa diberi rangsangan untuk menemukan konsep yang akan dipelajari dengan dibimbing oleh guru.

C.    Karakteristik
Prosedur mempersiapkan pembelajaran dengan outbond sains siswa (experiental learning) menurut Oemar Hamalik (2003: 47)adalah sebagai berikut:
1. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan untuk   
          memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif hasil.
      2. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan memotivasi.
      3. Siswa dapat bekerja secara individual, tetapi lebih sering bekerja dalam kelompok-
          kelompok kecil.
      4. Para siswa ditempatkan dalam situasi-situasi pemecahan masalah yang nyata.
      5. Para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalaman membuat   
          keputusan sendiri dan memikul konsekuensi atas keputusan-keputusan tersebut.

Menurut Gordon dan Browne (Moeslichatoen, 1999: 57-58) terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dan peralatan outbond sains yaitu antara lain:
1. Memilih bahan untuk kegiatan bermain yang mengundang perhatian semua siswa, yakni  
    bahan-bahan yang dapat memuaskan kebutuhan, menarik minat, dan menyentuh perasaan  
    mereka.
2. Memilih bahan yang multi guna yang dapat memenuhi bemacam tujuan pengembangan  
    seluruh aspek perkembangan siswa.
3. Memilih bahan yang dapat memperluas kesempatan siswa untuk menggunakannya dengan    
    bermacam cara.
4. Memilih bahan yang mencerminkan karakteristik tingkat usia kelompok siswa.
5. Memilih bahan harus sesuai dengan filsafat dan napas kurikulum yang dianut.
6. Memilih bahan yang mencerminkan kualitas rancangan dan keterampilan kerja.
7. Memilih bahan dan peralatan yang tahan lama.
8. Memilih bahan-bahan yang dapat dipergunakan secara fleksibel dan serba guna.
9. Memilih bahan yang mudah dirawat dan diperbaiki.
10. Memilih bahan yang mencerminkan peningkatan budaya kelompok.
11. Memilih bahan yang tidak membedakan jenis kelamin dan meniru-niru.

Pembelajaran berdasarkan pengalaman ini menyediakan suatu alternatif pengalaman belajar bagi siswa yang lebih luas daripada pendekatan yang diarahkan oleh guru kelas. Strategi ini menyediakan banyak kesempatan belajar secara aktif, personalisasi dan kegiatan-kegiatan belajar yang lainnya bagi para siswa untuk semua tingkat usia. Pembelajaran dengan outbond ini guru dapat menginternalisasikan dimensi spiritual ke dalam kegiatan belajar siswa, agar apa yang siswa pelajari dapat mendekatkan siswa kepada Allah swt (Sang Pencipta).

Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah:
1) Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai
    Kegiatan outbond ini dapat divariasi sendiri oleh guru. Misalnya: dalam satu materi dapat  
    dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti dalam tema yang lain à lingkungan. Siswa di  
    pos I à sayangi aku (mempelajari tanaman dan praktek menanan dan merawatnya), pos 2à  
    opera sampah (siswa memperagakan dalam bentuk drama singkat/spontan dan guru  
    menjelaskannya), pos 3 à sampah (mengenal sampah dan cara memanfaatkannya, dapat  
    juga dengan praktek), pos 4 dilanjutkan dengan pemaknaan terhadap bahaya sampah  
   dalam kehidupan kita, dsb.
2) Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan.
    Kegiatan outbond ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran atau dapat juga dilaksanakan  
    di luar jam pelajaran.
3) Menentukan rute perjalanan
    Outbond ini dapat dilakukan satu kelas bersama-sama dengan sistem kompetisi dan dapat  
    juga dilakukan dengan giliran kelompok/rooling, hal tersebut disesuaikan dengan  
    kemampuan dan jumlah guru. Outbond dapat menggunakan rute di sekitar sekolahan atau  
    di lingkungan warga sekitar. Pembelajaran ini juga dapat dilakukan hanya dengan  
    berpindah pos saja.
4) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan di tiap pos.
    a. Jika menggunakan sistem kompetisi: semakin banyak kelompok yang dibentuk maka  
        peralatannya semakin banyak.
    b. Jika menggunakan sistem roling: peralatan yang dibutuhkan sedikit.
5) Menentukan dan mempersiapkan petugas pos

Jika dalam bentuk rolling maka diperlukan lebih banyak penjaga pos daripada dengan sistem kompetisi. Tiap penjaga pos dipersiapkan untuk dapat mengisi pos yang dipegangnya. Untuk menyamakan persepsi tema yang akan diajarkan maka perlu diadakan briefing.

Setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan kegiatan outbond
1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
2) Guru menjelaskan tentang benda dan sifatnya:
3) Guru menjelaskan aturan permainan Outbond.

Berikut merupakan contoh implementasi pembelajaran inovatif dengan memanfaatkan outbond sains dalam rangka meningkatkan meaningful learning.

 Roket Balon
Bahan dan alat: balon dengan soal tantangan, selotip, benang kasur yang terjulur hingga garis finish, sedotan

Cara bermain:
a) Di garis start telah tersedia balon dengan soal tantangan, selotip, benang kasur yang terjulur  
    hingga garis finish, dan sedotan. Gunakanlah alat-alat ini dengan baik.
b) Bantuan awal: Sedotan dimasukkan ke dalam benang kasur.
c) Diskusikan cara agar balon dan soal dapat diterima oleh teman kalian di seberang (jarak 2-3  
    meter).
d) Setelah balon diterima, kerjakanlah soal dan serahkan 10 menit kemudian kepada petugas pos.
e) Kerjakan dengan baik semoga kalian termasuk orang-orang yang beruntung.

Kunci: Balon bisa terbang lho....
Lembar pertanyaan yang diletakkan ke dalam balon:
a) Selain terdapat soal, benda apa yang kalian tiupkan ke dalam balon hingga balon
    menggelembung?
b) Menurut kalian, bagaimanakah bentuk benda tersebut di dalam balon?  Apakah bentuknya  
    berubah jika udara dimasukkan ke dalam plastik?
c) Dapatkah kalian merasakan udara yang ada di sekitarmu?
d) Dapatkah kalian melihatnya dan dapatkah kalian memegangnya?
e) Apa yang kalian rasakan ketika melepas balon? Dan mengapa balon yang dilepas dapat berlari
    dengan kencang?
f) Sebutkan sifat-sifat benda gas dalam permainan ini?
g) Sebutkan manfaat benda gas dalam kehidupan sehari-hari!

Setelah kegiatan outbond, guru bersama siswa membahas kembali apa yang telah dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu metode diskusi, dimana akan diperoleh pendapat yang berbeda dan bervariasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru bertugas memfasilitasi dalam menyisipkan makna (misal pesan moral, sikap dan kerjasama). Misal sebagai contoh dalam kegiatan ini yaitu: Udara yang ada di dalam balon memberikan tekanan sehingga ketika dilepaskan balon dapat berlari menuju ke ujung benang yang lain. Udara merupakan benda gas yang mempunyai sifat bentuknya berubah-ubah sesuai dengan tempatnya, udara dapat memberikan tekanan, udara tidak terlihat dan tak dapat dipegang namun bisa dirasakan, dan udara ada di mana-mana/ada di sekitar kita. Semakin banyak udara dalam balon maka balon juga akan tampak besar dan tekanannya juga besar. Tekanan besar maka larinya semakin cepat  artinya dalam kehidupan ini kita harus mengisi kehidupan kita (seperti balon) dengan menambah wawasan, akhlak yang baik, dan keterampilan-keterampilan, selain itu kita juga harus memupuk semangat, motivasi dan kemauan yang besar agar kita akan dapat berlari dengan cepat untuk mencapai cita-cita. Kemudian siswa diarahkan pada pemanfaatan apa yang sedang dipelajari dengan kehidupan mereka sehingga menjadi orang yang pandai bersyukur. Sebagai contoh:
Udara dapat dimanfaatkan untuk
a. Mengisi ban kendaraan  tanyakan kepada siswa berapa banyak udara yang di masukkan ke  
    dalam ban kendaraan (sedikit/banyak?) dan dapatkah udara dalam ban-ban tersebut  
    mengangkat 50 orang? Dan berilah tanggapan pada siswa bahwa: meskipun udara yang kita  
    berikan pada ban sedikit, akan tetapi udara memberikan tekanan pada ban sehingga ban  
    menjadi keras dan dapat digunakan kendaraan seperti bus untuk mengangkut 50 orang atau  
    lebih. (jangan menganggap hal yang sepele, karena hal yang sepele kadang adalah sesuatu  
    yang  besar pengaruhnya bagi kehidupan).
b. Bernafas à tanyakan dari manakah udara yang kita hirup? Bagaimanakah ketika hidungmu  
    mampet? Bayarkah kita untuk menghirup udara disekitar kita? Hitunglah berapa banyak
    tabung gas yang kita perlukan untuk bernafas hingga hari ini? Siapakah yang menciptakan  
    udara? Dan berikanlah tanggapan pada siswa bahwa: kita dapat bebas bernafas, menghirup  
    udara sebebas-bebasnya dimanapun kita berada, diberi nikmat kesehatan sehingga dapat  
   bernafas dengan baik gratis dan jika kita harus bernafas dengan tabung gas maka berapa uang  
   yang akan dikeluarkan hingga kita hidup sampai hari ini. Ini adalah karunia Allah swt.   
   Bersyukurlah atas segala nikmat-Nya.

 D.    Kelebihan
Outbond sains akan menyajikan pembelajaran aktif dan menyenangkan sehingga siswa tidak cepat jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran. Suasana kegiatan outbond sains yang menarik dan menyenangkan akan mempermudah siswa dalam pemahaman konsep sains, dan dapat meningkatkan perkembangan psikomotor dan afektif siswa, serta menjadikan pembelajaran akan lebih bermakna. Selain itu, terdapat keuntungan-keuntungan pembelajaran dengan menggunakan outbond sains berdasarkan uraian di atas antara lain yaitu.
1. Membuat proses pembelajaran berpusat pada siswa yang menjadikan proses belajar  
    menyangkut semua aspek yang memungkinkan siswa berkembang sebagai individu yang  
    dapat berfungsi secara menyeluruh.
2. Memungkinkan siswa membentuk self concept sehingga siswa dapat mengenal dirinya  
    sendiri lebih baik, yaitu mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya.
3. Melatih siswa untuk mengkonstruk konsep dari pengalaman-pengalamannya yang  
    menyenangkan
4. Mengembangkan bakat-bakat siswa
5. Mencegah siswa belajar hanya pada tingkat verbal saja
6. Belajar secara bermain memberi waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan  
    mengakomodasi informasi.

E.     Kelemahan
Adapun kelemahan dari pembelajaran dengan outbond sains yaitu:
1. Waktu yang digunakan relatif lama.
2. Membutuhkan peralatan dan sumber belajar yang beragam.
3. Tenaga yang dibutuhkan lebih banyak.
4. Ide permainan dan memberi makna pada tiap konsep memerlukan kreativitas dan perhatian  
    yang lebih dari guru.


F.     Solusi
1.      Memanfaatkan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya
2.      Memanfaatkan peralatan dan sumber belajar yang ada di lingkungan
3.      Memanfatkan tenaga seefektif mungkin
4.      Pelatihan bagi guru

G.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa outbond merupakan salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir, keterampian sosial, life skill, kemampuan spiritual dan sikap siswa Prinsip “experiential learning“ (belajar melalui pengalaman langsung) pada kegiatan outdoor ini, siswa akan mampu mengembangkan potensi diri, baik secara individu (Personal Development) maupun dalam kelompok (Team Development). Melalui outbond, siswa secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan dan langsung berinteraksi dengan alam untuk mengenal Allah swt (Sang Pencipta) dan mencintai lingkungan .tempat hidupnya. Banyak orang yang mengetahui bahwa teknik tersebut dapat mengembangkan potensi siswa dan memberikan lingkungan belajar yang
kreatif dan menyenangkan, akan tetapi guru jarang memanfaatkan outbond dalam pembeajaran secara formal. Padahal jika outbond ini dilakukan maka akan diperoeh
kemanfaatan yang luar biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. (2007). Meaningful learning re-invensi kebermaknaan pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burton, William H. 1962. The guidance of learning activity. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.
http://widhoy.multiply.com/journal/item.15/definisi_dan manfaat outbond. diakses pada tanggal 6 Januari 2009.
http://marsaja.wordpress.com
I Wayan Santyasa. (2005). Model pembelajaran inovatif dalam implementasi KBK,Makalah Penataran Guru-Guru SMP, SMA, dan SMK se- Kabupaten Jembrana Juni-Juli 2005. Jembrana: FMIPA IKIP Negeri Singaraja.
Martin, et.al. (2005). Teaching science for all children: inquiry methods for constructing understanding-3rd edition. Pearson education. Inc.
Mary, et.al. (2002). Linking universities and k-12 through design of outdoor learning environment. Paper ini dipubikasikan di J. Chambers (Ed.). (2002).
Selected Papers from the 13 International Conference on College Teaching and Learning, (pp. 65-74) diakses dari www.glenninstitute.org.pdf pada tanggal 22 Januari 2009.
Moeslichatoen, R. (1999). Metode pengajaran di taman kanak-kanak. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Mulyasa. (2008). Implementasi KTSP Kemandirian guru dan kepala sekolah. Jakaerta: Bumi Aksara..
Oemar Hamalik. (2003). Pendekatan baru strategi belajar mengajar berdasarkan CBSA. Bandung: penerbit Sinar Baru Algesindo Bandung.
Sukardjo&Das Salirawati. Pembelajaran sains (IPA) terpadu yang kreatif dan menyenangkan, Makalah Seminar Nasional Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNY, 8 Oktober 2008. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Sains PPs UNY.
Tedjasaputra, Mayke S. (2001). Bermain mainan dan permainan untuk pendidikan usia dini. Jakarta: Grasindo.
www.bocahkecil.info/belajar-dengan-alam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar